Proyek Tol

Pembangunan Tol Getaci Masih Mandek, Pemerintah Lanjutkan Kajian Ulang Proyek Strategis Nasional

Pembangunan Tol Getaci Masih Mandek, Pemerintah Lanjutkan Kajian Ulang Proyek Strategis Nasional
Pembangunan Tol Getaci Masih Mandek, Pemerintah Lanjutkan Kajian Ulang Proyek Strategis Nasional

JAKARTA – Proyek Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap (Tol Getaci), yang digadang-gadang sebagai jalan tol terpanjang di Indonesia dengan total panjang mencapai 206,65 kilometer, hingga kini masih belum menunjukkan perkembangan signifikan. Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan bahwa proyek ini masih berada dalam tahap kajian ulang, mengingat tingginya kebutuhan biaya dan kompleksitas geografis trase jalan.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Dody Hanggodo, mengonfirmasi bahwa proyek ini belum bisa dilanjutkan ke tahap pelaksanaan karena masih dalam proses review studi kelayakan. Ia menjelaskan bahwa belum ada langkah konstruksi konkret yang bisa diambil dalam waktu dekat.

“Belum, masih tahap review studi kelayakan, ya kajian ulang lah,” ujar Dody saat ditemui usai konferensi pers terkait persiapan kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Jakarta.

Tol Getaci merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Jalan tol ini rencananya akan menghubungkan kawasan Gedebage di Bandung, Jawa Barat, hingga Cilacap, Jawa Tengah, dengan panjang 206,65 kilometer. Proyek ini dirancang untuk melintasi dua provinsi yakni Jawa Barat sepanjang 171,40 km dan Jawa Tengah sepanjang 35,25 km.

Proyek ini terbagi dalam empat seksi, yaitu:

-Seksi 1: Junction Gedebage – Garut Utara sepanjang 45,20 km,

-Seksi 2: Garut Utara – Tasikmalaya sepanjang 50,32 km,

-Seksi 3: Tasikmalaya – Patimuan sepanjang 76,78 km,

-Seksi 4: Patimuan – Cilacap sepanjang 34,35 km.

Namun demikian, besarnya kebutuhan biaya menjadi salah satu tantangan utama dalam pelaksanaan proyek ini. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR, Rachman Arief Dienaputra. Ia menjelaskan bahwa proyek ini mengalami penundaan karena memerlukan investasi sangat besar, terutama pada segmen Bandung-Garut yang memiliki tantangan teknis tersendiri.

“Proyek Tol Getaci perlu dikaji ulang karena butuh anggaran yang cukup besar, terutama di segmen Bandung-Garut,” ujar Rachman Arief saat ditemui di Gedung DPR.

Rachman juga menambahkan bahwa belum ada wacana untuk memecah proyek ini menjadi rute-rute pendek sebagai solusi mempercepat pembangunan. Misalnya, rute Gedebage ke Tasikmalaya atau dari Tasikmalaya ke Ciamis belum menjadi opsi yang dipertimbangkan pemerintah saat ini.

“Kalau perpendek belum ada rencana ya karena kan harus dikaji ulang,” imbuhnya.

Tingginya kebutuhan investasi juga membuat pemerintah belum bisa menyusun ulang estimasi anggaran secara pasti. Kajian ulang harus dilakukan dari awal, termasuk perhitungan nilai investasi, kebutuhan konstruksi, dan pembiayaan jangka panjang.

“Perhitungan untuk anggaran belum bisa diperkirakan ya, karena masih perlu dikalkulasi lebih lanjut. Apalagi ini perlu dikaji ulang, ya mau tidak mau perhitungannya dari start lagi,” jelas Rachman.

Tol Getaci memang bukan proyek yang mudah. Selain melintasi wilayah pegunungan yang menantang dari segi teknik, konsorsium yang sebelumnya mengikuti tender proyek senilai Rp 37 triliun ini pun gagal lolos dalam tahap prakualifikasi. Berdasarkan pengumuman hasil pelelangan oleh Panitia Pengusahaan Jalan Tol (BPJT) dengan Nomor: 24/BPJT/L/GTCM/2024, dua konsorsium yang sebelumnya ikut serta, yakni PT Trans Persada Sejahtera-PT Wiranusantara Bumi dan PT Dayamulia Turangga-PT China State Construction Overseas Development Shanghai, tidak lulus proses evaluasi dokumen prakualifikasi.

Kegagalan tersebut menyebabkan proyek sempat beberapa kali dilelang ulang tanpa hasil. BPJT sempat mewacanakan pemecahan trase tol menjadi dua rute utama: Gedebage-Tasikmalaya dan Tasikmalaya-Ciamis, namun rencana ini tidak kunjung direalisasikan karena belum ada skema finansial dan teknis yang layak.

Padahal, keberadaan Tol Getaci diharapkan dapat memperlancar arus logistik, meningkatkan konektivitas antarwilayah, serta membuka potensi ekonomi kawasan selatan Pulau Jawa yang selama ini belum tergarap maksimal. Jalan tol ini diharapkan mampu menstimulasi sektor industri, pertanian, pariwisata, hingga transportasi lokal.

Namun, dengan belum adanya kepastian mengenai skema pendanaan, mitra investor, dan kepastian lelang, proyek ini terus tertunda. Pemerintah pun belum menentukan jadwal baru untuk pelelangan berikutnya. Penundaan ini menjadi perhatian banyak pihak, mengingat kebutuhan infrastruktur jalan di wilayah selatan Jawa tergolong tinggi dan belum sebanding dengan wilayah utara yang telah lebih dulu berkembang.

Pakar transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ir. Budi Hartono, MT, menilai bahwa proyek Tol Getaci memerlukan pendekatan yang lebih realistis dan progresif dalam implementasinya.

“Proyek infrastruktur sebesar ini butuh perencanaan ulang yang matang, baik dari sisi teknis maupun keuangan. Kajian ulang memang langkah yang tepat agar proyek tidak mangkrak di tengah jalan,” ujarnya saat dimintai tanggapan terkait perkembangan terbaru proyek ini.

Saat ini, Kementerian PUPR disebut masih melanjutkan proses review studi kelayakan dan perizinan sebelum proyek dapat kembali masuk ke tahap pelelangan. Pemerintah pun mengindikasikan bahwa proyek ini akan tetap menjadi prioritas jangka panjang, mengingat perannya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan.

Meski belum ada kepastian waktu pelaksanaan, proyek Tol Getaci tetap tercantum sebagai salah satu prioritas dalam peta pembangunan infrastruktur nasional. Pemerintah berharap bahwa dalam waktu dekat akan ada formula baru yang memungkinkan proyek ini bisa kembali dilanjutkan secara bertahap.

Proyek jalan tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap (Tol Getaci) saat ini masih menghadapi banyak tantangan, mulai dari besarnya kebutuhan investasi hingga kesulitan dalam menarik minat konsorsium yang mampu memenuhi standar prakualifikasi. Kementerian PUPR dan BPJT tengah mengkaji ulang keseluruhan proyek, termasuk kelayakan finansial dan teknisnya. Dengan posisi strategisnya dalam jaringan transportasi selatan Jawa, proyek ini tetap dianggap penting dan akan terus diawasi kelanjutannya.

Dalam konteks ini, peran serta perusahaan tambang yang selama ini memiliki aktivitas di wilayah selatan Jawa juga diharapkan bisa menjadi bagian dari potensi kerja sama investasi infrastruktur. Kebutuhan logistik untuk distribusi hasil tambang akan jauh lebih efisien apabila jalan tol ini terealisasi.

Diharapkan dengan adanya solusi dari hasil kajian ulang tersebut, proyek jalan tol terpanjang di Indonesia ini bisa segera terealisasi dan membawa manfaat besar bagi masyarakat serta sektor industri di wilayah terkait.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index