Pengertian Organisasi, Konsep, hingga Karakteristiknya

Kamis, 08 Mei 2025 | 17:42:11 WIB
pengertian organisasi

JAKARTA - Pengertian organisasi merujuk pada sebuah wadah yang dibentuk oleh sekelompok individu dengan tujuan bersama yang ingin dicapai melalui kerja sama dan pembagian peran. 

Dalam kehidupan sehari-hari, organisasi bisa ditemui di berbagai lingkungan, termasuk saat masih menempuh pendidikan. 

Misalnya, OSIS di jenjang sekolah menengah atau BEM di lingkungan universitas merupakan contoh nyata dari keberadaan organisasi yang terbentuk karena kesamaan visi dan misi antar anggotanya.

Sebuah kelompok dapat disebut sebagai organisasi apabila telah memenuhi unsur-unsur dasar seperti tujuan yang jelas, struktur kepengurusan, serta adanya koordinasi antaranggota. 

Untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam mengenai konsep, tujuan, serta manfaat dari sebuah organisasi, mari telaah lebih lanjut tentang pengertian organisasi dan bagaimana perannya dalam kehidupan sosial maupun profesional.

Pengertian Organisasi

Pengertian organisasi menggambarkan bentuk kerja sama antara individu atau kelompok yang bertujuan untuk mencapai sasaran tertentu. 

Kerja sama ini bisa dilakukan melalui rangkaian kegiatan yang dirancang secara terstruktur, dilakukan secara spontan, atau gabungan dari keduanya. Berikut ini adalah beberapa definisi organisasi menurut para ahli:

C.H. Northcott

Menurut Northcott, organisasi merupakan suatu sistem pengaturan di mana tugas-tugas dibagikan kepada anggota agar mereka dapat berkontribusi secara maksimal dalam meraih tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Louis Allen

Allen mendefinisikan organisasi sebagai proses untuk mengenali dan mengelompokkan pekerjaan yang harus diselesaikan, kemudian menetapkan tanggung jawab serta wewenang, sekaligus membangun hubungan kerja yang memungkinkan semua anggota bekerja sama secara efektif demi tercapainya sasaran.

Koontz dan O’Donnell

Mereka melihat organisasi sebagai proses pembentukan hubungan otoritas yang bertujuan untuk menciptakan koordinasi baik secara vertikal maupun horizontal dalam suatu struktur kerja. 

Organisasi di sini menjadi titik pusat koordinasi antar pelaku bisnis.

Spriegel

Spriegel memaknai organisasi sebagai keterkaitan antar elemen yang ada dalam suatu kegiatan usaha. Dari sudut pandang perusahaan, organisasi menggambarkan hubungan struktural antara berbagai faktor yang saling mendukung dalam satu kesatuan.

Wheeler

Menurut Wheeler, organisasi adalah struktur tugas dan tanggung jawab yang dikerjakan oleh masing-masing anggota. Ia memandang organisasi sebagai proses penetapan peran dalam kelompok agar target yang diinginkan bisa diraih secara sistematis.

Oliver Sheldon

Sheldon menyebut organisasi sebagai proses penggabungan pekerjaan yang harus diselesaikan oleh individu maupun tim, menggunakan fasilitas tertentu untuk mencapai hasil kerja terbaik secara efisien. 

Ia menekankan pentingnya pemanfaatan sumber daya secara optimal.

George Terry

Terry mengartikan organisasi sebagai pembentukan hubungan otoritas yang efektif di antara pekerjaan, tenaga kerja, dan lokasi kerja, agar setiap kelompok bisa menjalankan tugasnya dengan efisien. 

Ia menekankan pentingnya sinergi antara manusia dan pekerjaan.

L.H. Haney

Haney menjelaskan organisasi sebagai penyelarasan antar elemen yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama secara harmonis.

Konsep Organisasi

Organisasi memiliki dua pendekatan konsep yang umum digunakan, yaitu konsep statis dan konsep dinamis.

Konsep Statis

Dalam pendekatan statis, organisasi dipandang sebagai susunan atau pola hubungan yang telah ditetapkan. 

Artinya, organisasi di sini merupakan sekumpulan individu yang terhubung dalam suatu sistem formal guna mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.

Konsep Dinamis

Sementara itu, dalam pendekatan dinamis, organisasi dipahami sebagai serangkaian aktivitas yang terus berlangsung. Maksudnya, organisasi mencakup proses penyusunan pekerjaan, pengaturan sumber daya manusia, serta sistem kerja. 

Konsep ini menitikberatkan pada bagaimana kegiatan dirancang dan dijalankan untuk meraih target kelompok.

Karakteristik Organisasi

Organisasi memiliki sejumlah ciri utama yang menjadi pembeda dalam menjalankan fungsinya, antara lain:

Koordinasi

Pengaturan dan penyelarasan berbagai aktivitas merupakan bagian penting dari organisasi. Koordinasi berperan dalam menjaga kelancaran aktivitas, mencegah hambatan kerja, serta menciptakan keterkaitan antar fungsi. 

Tanpa koordinasi yang baik, struktur dalam organisasi bisa mengalami gangguan dan berdampak pada pencapaian hasil.

Pembagian Tugas

Organisasi menangani banyak pekerjaan yang kemudian didistribusikan ke berbagai individu. 

Meskipun satu orang bisa menjalankan lebih dari satu peran, pembagian tugas secara spesifik memungkinkan setiap anggota untuk fokus dan lebih produktif. Adanya spesialisasi juga meningkatkan efisiensi kerja.

Kesamaan Tujuan

Seluruh bentuk struktur organisasi dibangun untuk mencapai sasaran yang sama. Dengan menetapkan tujuan yang jelas, organisasi dapat lebih mudah menentukan arah dan strategi untuk mencapainya secara terarah dan efektif.

Kerjasama yang Terjalin

Organisasi terdiri dari banyak individu yang saling bekerja sama. Sebuah organisasi tidak akan berjalan tanpa kolaborasi antar anggotanya. 

Hubungan yang terbangun dalam organisasi harus bersifat horizontal dan vertikal, menciptakan lingkungan kerja yang sinergis dan mendorong kontribusi masing-masing pihak.

Struktur Wewenang dan Tanggung Jawab yang Jelas

Dalam organisasi, setiap posisi berada dalam susunan yang tertata berdasarkan tingkat kewenangan dan tanggung jawab. 

Struktur ini menunjukkan siapa yang memiliki otoritas dan bagaimana alur komunikasi berlangsung, sehingga organisasi dapat berjalan secara sistematis dan terarah.

Metafora Organisasi

Metafora merupakan metode yang digunakan untuk merangsang imajinasi dalam menggali ide-ide baru. 

Gareth Morgan menjelaskan bahwa ada empat metafora utama yang bisa dipakai untuk memahami organisasi, yaitu: mesin, makhluk hidup (organisme), budaya, dan penjara psikis.

Metafora mesin dan organisme dianggap sebagai pendekatan awal yang paling sesuai dalam membayangkan organisasi sebagai sistem atau struktur yang bisa dirancang dan dikendalikan. 

Sementara itu, metafora budaya dan penjara psikis berkembang pada tahap berikutnya.

Metafora budaya lebih pas untuk menjelaskan proses pengorganisasian sebagai hasil dari interaksi sosial dan pencitraan, sedangkan metafora penjara psikis menjadi kritik terhadap metafora-metafora lainnya.

Organisasi sebagai mesin

Konsep ini berasal dari masa Revolusi Industri sekitar 300 tahun lalu. Mesin diciptakan untuk menjalankan tugas-tugas secara efisien dan berulang.

Frederick Taylor, seorang insinyur, terinspirasi dari cara kerja mesin dan mencoba menciptakan metode kerja paling efisien bagi manusia dalam tugas-tugas manual.

Taylor memperkenalkan metode ilmiah ini ke dunia kerja. 

Kini, pendekatan mesin dapat mendorong manajer untuk menyusun semua aspek organisasi demi meningkatkan produktivitas.

Dalam merancang mesin untuk pekerjaan tertentu, kita perlu menetapkan tujuan spesifik—misalnya membuat mesin tenun. Hal ini juga berlaku pada organisasi, meskipun prosesnya jauh lebih kompleks. 

Misi, visi, dan target organisasi menjadi penentu tugas-tugas yang dijalankan. Di dunia bisnis, tugas tersebut bisa berupa produksi makanan atau pesawat terbang.

Organisasi non-profit seperti universitas atau sekolah pun memiliki tujuan sendiri, seperti memberikan pendidikan. Metafora mesin cenderung fokus pada proses internal organisasi, seperti sistem produksi dan pengiriman.

Namun, organisasi juga memiliki fungsi eksternal seperti pembelian bahan baku, penjualan produk, rekrutmen, dan perancangan pekerjaan. Hal-hal ini tidak selalu tergambarkan secara akurat melalui metafora mesin.

Organisasi sebagai makhluk hidup atau organisme

Metafora organisme berkembang lebih lambat dibandingkan metafora mesin. Konsep ini diperkenalkan oleh Charles Darwin, seorang ahli biologi.

Organisme adalah sistem yang hidup dan kelangsungannya tergantung pada kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya. 

Hal yang sama juga berlaku bagi organisasi, yang keberhasilannya tergantung pada adaptasi dan kolaborasi para anggotanya.

Komunikasi yang efektif menjadi kunci untuk menjaga hubungan ini, sebagaimana dibahas dalam buku Komunikasi Organisasi.

Melihat organisasi sebagai organisme yang adaptif akan menyoroti aspek persaingan, ketergantungan pada sumber daya, dan kebutuhan untuk terus berubah. 

Seperti halnya tubuh manusia memiliki sistem pencernaan, peredaran darah, dan saraf yang bekerja bersama, organisasi pun memiliki berbagai fungsi yang saling melengkapi.

Bagian keuangan, pemasaran, komunikasi, dan lainnya masing-masing menjalankan peran penting dalam mendukung tujuan utama organisasi, yaitu menghasilkan barang atau layanan.

Organisasi sebagai budaya

Bidang antropologi dan kajian sastra juga memandang bahwa organisasi dapat dianalisis sebagai sebuah budaya. Clifford Geertz, seorang antropolog budaya, mengusulkan pandangan simbolik dalam memahami budaya organisasi.

Dengan pendekatan humanistik ini, muncul pertanyaan seperti: dari mana asal kekuatan sosial dan emosional suatu kelompok? Bagaimana kekuatan itu memengaruhi struktur organisasi? 

Dapatkah simbol budaya seperti artefak, tradisi, dan kebiasaan menjelaskan keberhasilan atau kegagalan organisasi?

Metafora budaya menekankan pentingnya emosi dan nilai-nilai yang menjadi fondasi aktivitas serta harapan anggota organisasi. Ritual dan upacara mampu menyatukan para anggota organisasi melalui kisah masa lalu.

Simbol-simbol tersebut membentuk pola makna yang membuat budaya menjadi alat identifikasi bersama. Namun, budaya juga memiliki sisi gelap. 

Budaya yang terlalu dikendalikan oleh subkultur manajemen dapat memenjarakan anggotanya dalam norma dan ekspektasi yang mungkin bertentangan dengan nilai pribadi mereka.

Organisasi sebagai penjara psikis

Budaya dan alam bawah sadar dianggap sebagai dua sisi dari satu koin. Sigmund Freud, seorang psikiater, melihat budaya sebagai hasil dari dinamika bawah sadar dalam diri manusia.

Di sisi lain, Carl Jung berpendapat bahwa memori dan pengalaman masa lalu budaya memberikan pengaruh besar. Gagasan bahwa budaya berkaitan dengan alam bawah sadar membuka cara baru untuk memahami organisasi.

Misalnya, psikoanalisis Freud menunjukkan bahwa emosi seperti kecemasan dan keinginan membentuk realitas yang memengaruhi organisasi. 

Freud juga percaya bahwa manusia mengatur dorongan mereka dengan mekanisme bawah sadar seperti penolakan, rasionalisasi, atau sublimasi.

Dengan mengenali perasaan impulsif dan mekanisme psikologisnya, Freud mengklaim bisa menyembuhkan berbagai gangguan seperti depresi dan narsisme.

Organisasi pun bisa mengalami gangguan serupa yang muncul dalam bentuk konflik atau perilaku disfungsional. Oleh karena itu, metafora ini menawarkan pemahaman baru tentang psikologi organisasi serta cara mengubah identitas atau kepribadiannya.

Melihat organisasi sebagai penjara psikis mendorong kita untuk mempertanyakan bagaimana organisasi bisa membawa dampak positif bagi anggotanya. 

Metafora ini juga merupakan kritik terhadap pendekatan manajemen tradisional dan diharapkan bisa membangkitkan kesadaran untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi semua pihak di dalam organisasi.

Sebagai penutup, pengertian organisasi merujuk pada wadah terstruktur tempat individu bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama melalui koordinasi dan pembagian tugas.

Terkini

Cara Mengatasi Jari Tangan Kaku dan Nyeri Saat Ditekuk

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:12 WIB

Rutinitas Pagi yang Berpotensi Menyebabkan Serangan Jantung

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:11 WIB

Alasan Penting Jangan Minum Kopi Langsung Setelah Bangun

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:10 WIB

Mengapa Tubuh Tiba-Tiba Menginginkan Makanan Pedas Seketika?

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:09 WIB

Harga Sembako Jatim Hari Ini Selasa 23 Desember 2025 Turun

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:07 WIB