Sembako Mahal di Krayan Akibat Ongkos Angkut yang Melonjak

Senin, 05 Mei 2025 | 12:12:26 WIB
Sembako Mahal di Krayan Akibat Ongkos Angkut yang Melonjak

JAKARTA — Harga sembako di wilayah perbatasan Krayan, Kalimantan Utara, terus mengalami lonjakan drastis akibat tingginya ongkos angkut barang yang masuk ke daerah tersebut. Keterbatasan infrastruktur jalan dan kondisi geografis yang sulit membuat distribusi bahan pokok menjadi sangat terbatas, memicu kelangkaan dan lonjakan harga yang signifikan.

Camat Krayan Selatan, Oktavianus Ramli, mengungkapkan bahwa persoalan mahalnya sembako di wilayahnya bukanlah hal baru. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, lonjakan harga semakin menjadi-jadi seiring memburuknya akses distribusi. “Mahalnya kebutuhan pangan ini sudah lama terjadi. Di sini, kalau harga kami katakan normal, tapi tetap sangat mahal dibanding harga di perkotaan, apalagi kalau di sini naik,” ujar Oktavianus.

Harga Naik Dua Kali Lipat

Wilayah Krayan yang berada di dataran tinggi dan berbatasan langsung dengan Malaysia ini memiliki akses transportasi yang sangat terbatas. Ketika musim hujan tiba, jalanan menjadi berlumpur dan licin, membuat kendaraan pengangkut sembako kesulitan menembus medan. “Makanya jarang pasokan yang masuk. Sekarang saja sudah langka, makanya naik dua kali lipat,” jelasnya.

Menurut Oktavianus, salah satu faktor utama mahalnya harga sembako adalah biaya angkut barang yang melonjak tajam. Dalam kondisi normal atau jalan kering, ongkos angkut per kilogram barang berkisar Rp25.000. Namun saat ini, ongkos tersebut bisa mencapai Rp50.000 per kilogram. “Naiknya ongkos angkut barang ini tentunya berdampak pada harga barang yang diangkut dan dijual ke masyarakat. Misal, tabung gas itu dari harga Rp400 ribu sekarang Rp600 ribu hingga Rp800 ribu,” jelasnya.

Tak Hanya Barang, Ongkos Penumpang Juga Melonjak

Kenaikan biaya tak hanya terjadi pada logistik barang, namun juga pada angkutan penumpang. Ongkos perjalanan bagi warga juga mengalami lonjakan drastis.“Bahkan hingga dua kali lipat dari sebelumnya Rp150 ribu, kini menjadi Rp300 ribu per orang,” kata Oktavianus.

Kondisi ini dikeluhkan masyarakat, namun warga setempat tidak punya banyak pilihan. Satu-satunya harapan mereka adalah agar pemerintah segera membenahi akses jalan menuju Krayan. “Inilah yang masyarakat keluhkan. Tapi mau bagaimana, kita hanya bisa pasrah dan berharap pemerintah dapat melakukan pembangunan akses di Krayan,” tambahnya.

Jalur Darat dan Udara Sama-Sama Bermasalah

Distribusi kebutuhan sembako ke Krayan Selatan selama ini dilakukan melalui jalur darat dari Kecamatan Krayan. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, hujan deras mengakibatkan kerusakan jalan yang semakin parah. “Sejak beberapa bulan terakhir ini, akses di Krayan makin rusak dikarenakan hujan, sehingga kondisi jalan berlumpur dan licin,” ujar Oktavianus.

Sebagai alternatif, distribusi sempat dibantu lewat jalur udara. Namun, solusi ini pun menemui kendala karena kondisi landasan pacu di Krayan Selatan tidak layak untuk didarati pesawat. “Makanya saat ini didatangkan dari Kecamatan Krayan ke Krayan Selatan. Namun untuk melewati akses penghubung ini sangat sulit untuk tembus lantaran ruas jalan yang rusak,” imbuhnya.

Risiko Tinggi Bagi Sopir Pengangkut

Kesulitan transportasi juga diperparah oleh minimnya sopir yang bersedia mengangkut barang ke wilayah ini, terutama saat musim hujan. Tak sedikit kendaraan yang terjebak di tengah jalan karena rusaknya infrastruktur jalan. “Karena sebagai besar mobil yang nekat itu mengalami kerusakan maupun mogok. Bahkan, ada yang harus bermalam di tengah hutan karena medannya sulit,” tuturnya.

Situasi ini menambah tekanan terhadap distribusi sembako dan membuat harga kebutuhan pokok terus melambung. Dari beras, minyak goreng, hingga gas elpiji, semuanya dijual dengan harga yang jauh di atas harga pasar normal.

Masyarakat Butuh Solusi Nyata dari Pemerintah

Kondisi yang dialami masyarakat Krayan ini menunjukkan perlunya perhatian lebih dari pemerintah pusat maupun daerah. Akses transportasi yang layak menjadi kebutuhan mendesak agar harga sembako dapat kembali stabil dan masyarakat tidak terbebani biaya hidup yang tinggi.

“Pemerintah harus hadir dalam persoalan ini. Jangan sampai masyarakat perbatasan seperti di Krayan ini terus-menerus dikorbankan oleh lambatnya pembangunan infrastruktur,” kata seorang warga Krayan Selatan yang enggan disebutkan namanya.

Langkah konkret diperlukan untuk memperbaiki akses jalan darat, memperluas dan memperbaiki landasan udara, serta mempercepat pembangunan logistik yang efisien di wilayah perbatasan.

Masalah mahalnya sembako di Krayan bukan hanya persoalan keterpencilan geografis, tapi juga cerminan dari ketimpangan pembangunan antar wilayah. Dengan ongkos angkut barang yang bisa mencapai Rp50.000 per kilogram, dan harga gas elpiji hingga Rp800.000 per tabung, masyarakat Krayan benar-benar berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan.

Tanpa intervensi serius dari pemerintah dalam membenahi infrastruktur dan memperlancar distribusi logistik, harga sembako di Krayan akan terus naik, memperparah kondisi sosial-ekonomi masyarakat perbatasan yang sejatinya menjadi garda terdepan kedaulatan bangsa.

Terkini

Cara Mengatasi Jari Tangan Kaku dan Nyeri Saat Ditekuk

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:12 WIB

Rutinitas Pagi yang Berpotensi Menyebabkan Serangan Jantung

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:11 WIB

Alasan Penting Jangan Minum Kopi Langsung Setelah Bangun

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:10 WIB

Mengapa Tubuh Tiba-Tiba Menginginkan Makanan Pedas Seketika?

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:09 WIB

Harga Sembako Jatim Hari Ini Selasa 23 Desember 2025 Turun

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:53:07 WIB